Lima Langkah Ampuh Merancang Diversifikasi Produk




Ansoff Matrix Sebagai Tools Business Development (Sumber Cubic.id)

Sebuah survei global yang dilakukan oleh lembaga konsultan McKinsey menunjukkan bahwa perusahaan yang berusaha mengembangkan bisnis di luar core business (bisnis inti) sebagian besar hasilnya kurang memuaskan.

Survei juga mengungkap, delapan lebih dari 10 responden telah merencanakan untuk mengembangkan produk baru (diversifikasi produk) dalam 5 tahun mendatang.

Hasil lain yaitu dalam 5 tahun terakhir sebesar 75 persen responden telah menjalankan setidaknya satu aktivitas bisnis dalam kategori baru. Dan 14% perusahaan telah mempertimbangkan untuk mengejar pertumbuhan.

Sebagian besar perusahaan meyakini pengembangan produk baru untuk jangka waktu panjang. Dan hanya 10% persen yang mempertimbangkan untuk jangka pendek. Namun responden dari kalangan eksekutif (penanggung jawab perusahaan) menginginkan fokus pada peningkaan keuntungan melalui bisnis inti.

Dari hasil survei tersebut tergambar tidak sedikit perusahaan yang berusaha untuk melakukan diversifikasi, meskipun untuk dapat berhasil diperlukan upaya yang tidak mudah.

Mari kita akan pelajari apa itu diversifikasi produk

Pengertian diversifikasi produk

Diversfikasi produk merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan dan keuntungan melalui produk baru. 

Diversifikasi produk merupakan salah satu dari empat strategi pertumbuhan yang digagas oleh pria berkebangsaan Rusia, Igor Ansoff, ia adalah seorang guru besar administrasi industri di Carnegie Mellon University dan konsultan perusahaan-perusahaan multinasional seperti Philips, GE, dan IBM.

Strategi diversifikasi difokuskan pada pertumbuhan pangsa pasar dengan memperkenalkan produk atau layanan baru di pasar yang baru. Dalam praktiknya strategi ini dapat diwujudkan dalam tataran kecil yaitu produk dalam unit bisnis, atau pengembangan bisnis dalam lingkup lebih luas yaitu korporasi.

Ada 3 model diversifikasi produk

Secara umum diversifikasi dapat dilakukan dengan kondisi produk atau layanan dalam keadaan baru, demikian juga sasaran pasar juga baru. Namun, jika diperinci akan terdapat 3 model diversifikasi produk.

Pertama, Diversifikasi konsentris vertikal

Diversifikasi konsentris vertikal dijalankan dengan cara menambahkan produk atau layanan serupa ke dalam bisnis yang ada, secara vertikal dari hulu ke hilir. Misalnya industri pertanian mengembangkan bisnis: tepung, kemudian industri makanan, dan industri retail (mini market).

Kedua, Diversifikasi konsentris horizontal

Diversifikasi horizontal dilakukan dengan cara megembangkan produk atau layanan baru secara horizontal atau ke samping. Misalnya industri kulit: mengembangkan produk dompet, sepatu, dan tas. Meskipun dalam perkembangannya produk tidak harus terbuat dari kulit.

Ketiga, Diversifikasi konglomerat

Diversifikasi konglomerat dijalankan dengan strategi mengembangkan produk atau layanan yang tidak terkait dengan bisnis inti yang sudah ada. Misalnya korporasi salim Group mengembangkan beberapa industri: makanan & minuman (Indofood), otomotif (Indomobil), retail waralaba (Indomaret dan Super Indo), grosir (Indogrosir), asuransi (Indolife) dan semen (Indocement).

Diversifikasi dipilih sebagai langkah antisipasi jikalau bisnis inti mengalami penurunan keuntungan. Juga dapat memaksimalkan sumber daya yang tersedia dalam organisasi. Di bawah ini adalah langkah-langkah di dalam menerapkan diversifikasi.

Terdapat 5 Langkah dalam merancang diversifikasi produk

Satu, Bisnis atau pasar yang dipilih untuk diversifikasi harus menarik dan memiliki keunggulan kompetitif, jika tidak akan menjadi beban unit bisnis lainnya. Peran bagian riset dan pengembangan untuk menganalisis dan merancang bisnis baru yang prospektif.

Dua, Biaya yang dikeluargan dalam diversifikasi jangan sampai menggunakan biaya yang terlalu besar. Investasikan dari sebagian keuntungan perusahaan, jika bisnisnya sudah bertumbuh maka dapat dikembangkan lebih besar lagi.

Tiga, Maksimalkan sumber daya dan potensi bisnis yang sudah ada. Terkadang terdapat organisasi yang mengalami surplus sumber daya, sementara bisnis inti sudah berjalan dengan baik, di sini manajemen perlu membuka peluang bisnis baru

Empat, Pelajari potensi pasar, market size dan market share. Jangan sampai meluncurkan produk atau layanan yang tidak memiliki segmentasi pasar yang memadai. Sebaiknya adakan riset pemasaran terlebih dahulu.

Lima, Persiapkan sumber daya ahli pada produk atau bisnis yang baru. Jika tidak ada kandidat dari organisasi maka dapat merekrut dari luar yang benar-benar sejalan dengan visi, misi dan budaya organisasi.

***

Salah satu perusahaan yang sukses melakukan strategi diversifikasi produk adalah perusahaan Disney yang bermula dari industri film animasi (games & entertainment), kini telah merambah ke bisnis consumer products, studio entertainment, parks & resorts, dan media networks.

Pada tahun 2014 Disney, membukukan total revenue USD 48 miliar, dibawah Wal-Mart ( USD 483 milar), Apple (USD 182 miliar), dan di atas Fox (USD 32 miliar). Dan sejak 2009 sahamnya telah mengalami kenaikan sebesar 500%.

Keberhasilan The Walt Disney Company tidak dapat diraih begitu saja, namun membutuhkan kreativitas, komitmen dan kerja keras seperti yang telah dirintis oleh pendiri perusahaan Walt Disney, dan mampu dilanjutkan oleh para CEO yang andal.

(Kris Banarto)

Rujukan:

Caudilo, Fransisco, Skief Houben, and Jehan Zeb Noor. (2015). Growing Beyond the Core Business. McKinsey's & Company.

Corporate Finance Institute.com. Product Diversification.

Nudelman, Mike. (2015). Here's Where Disney Really Makes Money. Business Insider.com

Thidiweb.com. Cara Meningkatkan Profitabilitas dan Mengurangi Risiko dengan Divesifikasi.

References Link:

Leave a comment

Post Comment

Related Post