Beragama atau Bertuhan, Mana yang Benar?




Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui kawan kita yang tidak beribadah, lalu kita bertanya kepadanya, jawabnya "antara yang beribadah dan tidak beribadah sama saja", buktinya itu si-anu sambil menyebut nama dia rajin beribadah tetapi kelakuannya sama saja.

Ada dua kemungkinan dari jawaban tersebut yang pertama karena untuk pembenaran atas apa yang ia lakukan atau karena memang orang yang disebut tadi sudah melakukan ibadah, tetapi kelakuan sehari-hari sama saja dengan orang yang tidak beribadah.

Kalau kemungkinan jawaban yang kedua apa artinya melakukan ibadah kalau tindakannya/karakternya tidak mengalami perubahan. Hal ini yang menjadi batu sandungan bagi orang yang hendak beribadah, ia berprinsip sama-saja orang yang beribadah dan tidak.

Jadi sebagai peringatan bagi orang-orang yang sudah beribadah apakah kita sudah mengenal Allah secara benar dan telah mengubah hidup kita. Dari yang jahat menjadi baik, dari yang kejam menjadi mengasihi, dulu sombong sekarang rendah hati, dulu suka menindas orang sekarang memperlakukan dengan adil dan sebagainya.

Supaya cara pandang kita atas kehidupan di dunia tidak dipengaruhi ajaran-ajaran duniawi yang menyesatkan. Karena sejatinya setan akan memakai siapa saja untuk mencari pengikut-pengikutnya agar setan terus berkuasa atas bumi ini.

Penyesatan dari setan pun kadang-kadang tetap membiarkan orang untuk beribadah tetapi kehidupannya tidak di rubah agar kualitas rohani sama dengan orang dunia.

Terhadap orang yang tidak melakukan ibadah, bisa jadi tidak menjadi target dari setan, karena tanpa disesatkan orang itu dengan sendirinya akan melakukan dosa. Dari uraian ditas dapat kita petik pengertian lebih lanjut yaitu:

Ber-Agama Vs Ber-Tuhan, orang bisa menyebut dia beragama dibuktikan dengan melakukan tata ibadah, tetapi menjadi sia-sia ketika ia tidak mengenal Allah, dan taat melakukan perintah-Nya, sehingga hidupnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Apalagi orang yang tidak pernah beribadah, ia akan sukar mengenal Allah dengan benar.

Realitas Kehidupan Vs Realitas Kekekalan, realitas kehidupan mempertontonkan kekayaan, kemewahan, polularitas dengan uang sebagai center of life yang terbukti dapat menggerakkan seluruh sisi kehidupan. 

Seakan-akan kehidupan hanya di dunia ini saja dan tidak ada kehidupan lagi setelah dunia ini berakhir. Tetapi realitas yang sebenarnya bumi ini fana dan ada bumi yang baru.

Kuantitas Hidup Vs Kualitas Hidup, setiap ulang tahun kita selalu berdoa diberikan panjang umur, ada sebuah harapan untuk kita dapat menikmati dunia ini selamanya.

Saya tidak mengatakan doa tersebut salah, tetapi apa artinya kita diberikan panjang umur misalnya sampai 100 tahun tetapi selama kehidupan yang panjang itu kita tidak selalu mencari Allah, mengenal Allah dan mengalami kemajuan rohani dari hari ke sehari.

Akan menjadi lebih baik hanya berumur 60 tahun tetapi selama hidupnya dia selalu memperbaharui pikiran, perkataan dan perbuatannya ke arah Allah.

Krisis Vs  Nyaman, ketika kehidupan aman, keluarga baik-baik, anak-anak di sekolah favorit, pekerjaan orang tua mapan dengan gaji yang cukup, menjadi keluarga yang harmonis, bisa saja mereka tidak mengalami Allah dalam keluarganya, mereka merasa apa yang dilakukan atas kemampuannya. 

Karena orang tua dilahirkan dari keluarga terpandang, disekolahkan sampai jenjang tinggi dan dibekali warisan harta yang cukup oleh orang tuanya. 

Sehingga dia berkata tanpa Allah saya dapat lakukan semuanya. Kenyamanan hidup kadang membuat orang lupa pada Allah, tetapi dikala kondisi krisis kita paham bahwa kemampuan kita tidak seberapa.

Tetapi Allah mempunyai kemampuan yang luar biasa dan tak tertandingi oleh siapa dan apa pun, sudah selayaknya kita datang kepada Dia sumber kekuatan dan kekuasaan.

Hamba Uang Vs Hamba Allah, sepertinya Allah membiarkan uang berkuasa atas bumi ini, dan orang dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dengan daya, upaya, risiko dan waktu mereka pertaruhkan untuk yang satu itu.

Tidak seluruhnya salah tetapi kalau hanya mengejar uang saja hidup kita di dunia ini dan tanpa mencari Allah atau hal-hal rohani, kita menjadi orang yang malang.

Tetapi mari menyadari bahwa kita ciptaan Allah dan kita adalah milik-Nya, selayaknya kalau kita menjadi hamba Allah, apa pun pekerjaan yang kita lakukan hendaknya menuruti perintah-Nya.

Dimiliki Vs Memiliki, dunia ini hanya sementara, kehidupan dunia bukan akhir kehidupan tetapi kita hidup di dunia untuk mempersiapkan masuk ke bumi baru dan itu kekal adanya. 

Sungguh menjadi petaka yang sangat besar yang belum pernah ada sebelumnya ketika penghakiman ditolak Allah, tetapi menjadi kebahagiaan yang luar biasa kalau kita diterima Allah dan masuk bumi yang baru. 

Kesempatan hanya sekali dan tidak bisa diulang kembali. Dalam hidup ini kita jangan dimiliki dunia tapi dimiliki Allah. Dalam hidup ini jangan memiliki dunia tetapi memiliki Allah.

Kompasiana, 26 April 2020

*Foto oleh Luis Quintero dari Pexels

References Link:

Leave a comment

Post Comment

Related Post