Menghidupkan Kehidupan




Pada suatu kesempatan saya bertemu dengan konsumen sekeluarga yang datang ke kantor pemasaran dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Saya mempresentasikan produk dan setelah itu visit ke unit rumah yang saya tawarkan dan kembali lagi ke kantor untuk perhitungan harga.

Pada tahap akhir sebagai seorang sales saya menutup penjualan dan mempersilahkan untuk memberikan uang tanda jadi, tetapi saya terkejut dengan reaksi bapak tersebut menolak dengan sangat halus dan berkata berikan kesempatan nanti malam saya tahajud dulu dan Insya Allah besok saya akan memberi kabar.

Dan benar esok hari dia datang ke kantor dengan keputusan bulat untuk mengambil unit rumah dipilihnya dengan memberikan uang tanda jadi. 

Sebagai seorang sales yang sudah lama bergelut di bidang penjualan rumah jawaban seperti ini jarang terdengar, biasanya konsumen menolak dengan alasan akan berunding dulu dengan keluarga atau mau menghitung dulu anggaranya.

Tetapi dengan jawaban seperti itu saya merenung betapa hati-hatinya keluarga tersebut mengambil keputusan, mungkin bapak itu sadar bahwa harta yang dimiliki bukan miliknya tetapi titipan Allah, sehingga harus bertanya dulu kepada Sang Pemilik.

Memaknai Kehidupan

Bukankah seharusnya kehidupan manusia seperti itu bahwa hidup kita bukan milik kita tetapi kepunyaan Sang Pencipta, sehingga apa yang kita miliki harus kita pertanggung jawabkan pada-Nya. 

Seperti layaknya perusahaan yang harus membuat laporan pertanggung jawaban keuangan kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham, atas kinerja yang telah dilakukan.

"Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup, kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja".-Buya Hamka

Kata-kata Buya Hamka sedang menegur kita, kalau kita sekedar hidup maka tak ubahnya hidup kita seperti binatang. Binatang tidak memikirkan kehidupan setelah kematian, ia hanya tahu bahwa kehidupan hanya di dunia saja, dan tidak ada kehidupan yang lain. Tidak ada pertanggung jawaban, tidak ada kehidupan kekal, ia akan hidup untuk dirinya sendiri tanpa memedulikan orang lain.

Pengertian Kehidupan

Kehidupan dari kata dasar hidup dalam KBBI berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (tentang manusia, binatang, tumbuhan, dan sebagainya). 

Kita mencermati kata bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya, kembali ke hakikat kehidupan bahwa Allah menciptakan manusia secara unik sesuai dengan rencana-Nya untuk menguasai alam semesta, memberi kebebasan tetapi harus mempertanggung jawabkan pada hari akhir.

Kita tidak dapat memilih dilahirkan menjadi suku tertentu, juga tidak dapat memilih dilahirkan dari orang berkedudukan tertentu, tetapi kita dapat memilih menjadi orang baik. 

Orang melakukan kejahatan dan kebaikan bukan ditentukan Allah, tetapi ditentukan oleh pilihannya sendiri karena mempunyai kehendak bebas yang Allah tidak dapat intervensi. Juga pilihan untuk beribadah dan melakukan kehendak-Nya menjadi pilihan manusia, bukan paksaan dari Allah. Sehingga pilihan yang diambil merupakan pancaran dari nilai-nilai yang ada dalam hatinya.

Arah Kehidupan

"Kehidupan yang baik adalah sebuah proses, bukan suatu keadaan yang ada dengan sendirinya. Kehidupan itu sendiri adalah arah, bukan tujuan".-Carl Rogers

Arah kehidupan juga menjadi pilihan kita, ke mana kehidupan ini kita arahkan, apakah seperti filosofi binatang yang hidup tanpa pertanggungan jawab. Atau hidup yang kita arahkan pada kehidupan setelah kematian, dengan mempersiapkan pertanggungan jawab sebaik-baiknya. Sejatinya ada beberapa arah kehidupan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari :

1. Hidup untuk Diri Sendiri & Gila Kerja

Orang dengan spirit ini asyik dengan kehidupan dirinya sendiri, ia bersenang-senang sesuai keinginannya. Ia mencari uang dengan getol untuk kepentingan sendiri, tidak memedulikan orang lain bahkan keluarganya. 

Dia bebas menentukan apa saja sesuai dengan keinginannya, ia lupa pada saudara dan keluarganya. Waktunya dihabiskan untuk bekerja dan melampiaskan keinginan mata dan keangkuhan hidup.

2. Hidup untuk Orang Lain & Hobi

Sasaran kehidupannya untuk orang lain, suka berorganisasi dan tergabung dalam komunitas hobi. Ia bisa membela habis-habis pada komunitasnya dan berkorban tanpa perhitungan. 

Tetapi ia lupa dengan keluarga dan keluarga menjadi nomor dua. Tidak ada waktu buat keluarga dan waktu dihabiskan untuk kegiatan di luar. Ia tampak baik bagi orang luar tetapi tidak dimata keluarga.

3. Hidup untuk Keluarga & Kebahagiaan

Sasaran orang ini kelihatannya bagus, ia begitu membela mati-matian keluarga, mendidik anak-anak dengan baik, menyekolahkan pada sekolah yang baik dan mengajak keluarga untuk berekreasi. Tetapi orang tua tidak mengenalkan Allah pada keluarganya, mereka bisa bahagia dan kehidupannya baik-baik saja tetapi ada jiwa yang kosong yang tidak terisi.

4. Hidup untuk Allah & Melakukan kehendak-Nya

Tampaknya sasaran ini yang tepat karena sejatinya kehidupan kita bukan milik kita, tetapi milik Allah. Kita tidak berhak atas hidup kita dan spirit hidup kita hanya melakukan kehendak-Nya dan menjauhi larangannya. 

Kehidupan di dunia ini hanya sementara maksudnya kehidupan kita di dunia hanya mempersiapkan untuk kehidupan kekal. Orang Jawa bilang kehidupan di dunia hanya sebatas mampir ngombe.

"Hakikat hidup bukanlah apa yang kita ketahui, bukan buku-buku yang kita baca atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan, apa yang paling mengakar di hati, jiwa dan inti kehidupan kita"-Emha Ainun Nadjib.

^^^

Artikel ini telah tayang di Kompasiana, 12 Mei 2020

Sumber gambar judul dari Pexels.com

 

References Link:

Leave a comment

Post Comment

Related Post